Jumat, 30 Oktober 2009

OWA JAWA




Owa Jawa (Hylobates moloch)


Hewan yang Keberadaannya masuk dalam status “terancam punah” ini malah banyak yang memburu hanya untuk dipelihara. Rupanya Pemberian status terancam ini justru menarik masyarakat memburunya demi keuntungan pribadi.


Owa Jawa merupakan kera kecil dengan warna rambut abu-abu yang memiliki nyanyian indah. Primata endemik Jawa ini hidup monogami (berpasangan) dengan sistem keluarga. Sebagian besar makanannya terdiri dari buah sehingga membuat mereka dikategorikan sebagai primata frugivor. Mereka termasuk satwa arboreal yang menghabiskan hampir seluruh waktunya diantara rimbunnya pohon. Seperti banyak satwa lainnya Owa Jawa merupakan satwa teritorial yang mempertahankan wilayah kekuasaan mereka.

Primata yang sebagian besar hidup di hutan-hutan di Jawa Barat ini, dan Sebagian kecil ditemui juga di Jawa Tengah, Gunung Slamet, dataran tinggi Dieng dan Jawa Timur., usia nya bisa mencapai umur 20 tahun. Keberadaan hewan ini bisa ditandai dari "nyanyiannya." Teriakkan atau nyanyiannya itu sekaligus berfungsi untu menandai wilayah teritorialnya yang juga merupakan area mencari makannya.


Di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Jawa Barat, tepatnya di resort Bodogol, terdapat pusat rehabilitasi Owa Jawa. Owa Jawa yang masuk rehabilitasi biasanya berumur tujuh tahun. Rehabilitasi Owa Jawa perlu dilakukan secara bertahap agar dapat mengembalikan kemampuan survival Owa Jawa yang telah lama dipelihara oleh masyarakat.


Kepunahan primata endemik Pulau Jawa di habitat alaminya, ini sebenarnya dapat diperlambat. Di antaranya, melalui keberpihakan pemerintah mempertahankan hutan tersisa di Jawa.


Ada dua perkiraan populasi owa jawa pada tahun 2004 (dua penelitian terpisah), masing-masing kisaran 4.000-4.500 dan 2.600-5.304 ekor. Badan Konservasi PBB mengategorikan terancam punah bagi primata yang sempat berstatus kritis (tahun 1996-2000) itu.


Sebaran owa jawa di Jawa Tangah meliputi kawasan cagar alam Gunung Slamet dan Linggojati dan Sokakembang di Pekalongan. Perjumpaan tak langsung terjadi di kawasan Sekarlangit, tak jauh dari Pekalongan.


Sedangkan di Jawa Barat mulai dari Taman Nasional Ujung Kulon, TN Gunung Gede-Pangrango, TN Gunung Halimun-Salak, cagar alam Gunung Burangrang, Gunung Tilu, Gunung Simpang, Gunung Papandayan, dan Sancang.


Kerusakan hutan hampir di semua lokasi cagar alam atau hutan lindung, seperti di cagar alam Sancang dan Papandayan, serta di Sokakembang turut memberi andil bagi percepatan klepunahan primata ini. Owa jawa secara alami tinggal di ketinggian pohon. Namun, kondisi habitatnya yang semakin tidak kondusif, seringkali dijumpai Owa jawa yang turun ke lantai hutan, sehingga memudahkan bagi para pemburu liar untuk menangkapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar